Jakarta – Bek Timnas Indonesia, Mees Hilgers, menghadapi situasi sulit di klubnya, FC Twente, setelah keinginannya untuk hengkang pada bursa transfer musim panas lalu gagal terwujud.
Hilgers Dipaksa Bertahan, Twente Enggan Memainkan
Pemain berusia 24 tahun itu gagal pindah ke klub lain hingga bursa transfer Eropa ditutup. Upaya transfer ke Stade Brest dan Go Ahead Eagles pun kandas di menit-menit akhir.
Kondisi ini memaksa Hilgers bertahan di Twente setidaknya hingga kontraknya habis musim panas mendatang. Namun, masalah tak berhenti di situ. Twente menolak memainkan Hilgers sepanjang musim ini, kecuali ia bersedia menandatangani perpanjangan kontrak.
Pengacara Sebut Twente Lakukan Kesalahan
Alasan Twente adalah mereka tak ingin kehilangan Hilgers secara gratis saat kontraknya berakhir. Pengacara asal Belanda, Andre Brantjes, menilai tindakan Twente berlebihan.
“Tidak seorang pun berhak bermain, tetapi Anda seharusnya diberi kesempatan untuk berpartisipasi di liga. Hal itu tampaknya sudah dikesampingkan secara definisi di sini, kecuali jika dia memperpanjang kontraknya,” kata Brantjes seperti dikutip dari Twenteinsite.nl.
Brantjes menambahkan, pelatih Twente, Van den Brom, melakukan kesalahan. “Ia bisa saja mengatakan bahwa ia tidak memilih Hilgers karena ia tidak cukup baik atau tidak cukup termotivasi. Sekarang ia sudah terlalu berlebihan,” ujarnya.
Hilgers Disarankan Ajukan Gugatan
Brantjes menyarankan Hilgers mengajukan gugatan kepada Twente dan meminta pemutusan kontrak. “Seandainya saya Hilgers, saya akan pergi ke komite arbitrase dan meminta pemutusan kontrak, dengan FC Twente harus membayar sisa gajinya,” tegasnya.
Menurutnya, Twente bersalah karena merenggut kesempatan Hilgers untuk menunjukkan kemampuannya. “Klublah yang salah karena Hilgers tidak bisa memaksimalkan nilai pasarnya, karena ia tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya,” kata Brantjes.
Ia mengecam FC Twente karena memaksa Hilgers memperpanjang kontrak agar bisa dimainkan. “Memaksa seorang pemain untuk memperpanjang kontraknya dengan menggunakan tekanan bahwa jika tidak, ia tidak akan bermain dan tidak akan dapat berkembang lebih lanjut adalah tindakan yang tidak murni,” pungkasnya.